Raden Saleh : Perlawanan Melalui Karya Seni
Nama Raden Saleh sudah tak asing lagi dikalangan masyarakat, baik itu masyarakat umum ataupun para pecinta seni. Dibalik nama besarnya tentu berbanding lurus dengan karyanya yang sangat fenomenal. Diantara beberapa karyanya yang sangat melegenda, terdapat satu mahakarya yang sangat ikonik bernama Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857). Lukisan beraliran romantisme ini menggambarkan prosesi penangkapan pangeran Diponegoro oleh Letnan Jenderal Hendrik Merkus de Kock (Belanda), yang dimana lukisan ini merupakan bentuk pembalasan terhadap lukisan karya Nicolaas Pieneman, seorang pelukis belanda yang juga melukis peristiwa tersebut. Lukisan ini termasuk salah satu aset negara yang akhir – akhir ini banyak dibahas di beberapa media online, tentu hal tersebut merupakan efek dari penayangan film Mencuri Raden Saleh (2022). Lebih jauh dari fenomenalnya lukisan tersebut, menurut saya lukisan tersebut merupakan sebuah mahakarya yang penuh akan makna dan perlawanan, yang sangat menarik untuk saya bahas dalam artikel kali ini.
Raden Saleh Sang Maestro
Potret Raden Saleh |
Terlahir dari keluarga ningrat jawa dan mempunyai darah Arab dari ayahnya, pria yang memiliki nama lengkap Raden Saleh Sjarif Boestaman ini lahir di Terboyo, Semarang. Tahun kelahirannya yang simpang siur antara tahun 1811- 1817, beberapa sarjana berpendapat bahwa tahun kelahiran beliau yang sebenarnya adalah pada tahun 1811, hal tersebut di dasari pada saat beliau usia 8 tahun memulai belajar melukis di bangku Volks School, hal tersebut terjadi pada tahun 1819.
Bakat melukis Raden Saleh sudah terlihat sejak kecil ketika masih sekolah di Volk School. Saking berbakatnya Raden Saleh melukis, sampai mencuri perhatian seorang pelukis Belgia yang bernama A.A.J Payen yang saat itu sedang berada di Hindia Belanda. Raden Saleh tinggal di Eropa selama 25 tahun lamanya, saat di Eropa beliau berguru kepada beberapa pelukis seperti Cornelis Krusemen dan Andries Schelfhout. Raden Saleh juga menjadi pelopor mahasiswa indonesia untuk belajar di eropa. Pada kisaran tahun 1839 – 1844 Raden Saleh tinggal di Jerman selama 5 tahun, hal tersebut tentu dilakukan demi mengasah dan memperdalam skil melukisnya, bahkan saat berada di jerman beliau menjadi tamu kehormatan kerajaan Jerman. Setalah memperdalam skill-nya di Jerman , Beliau kembali pulang ke Belanda, dan menjadi pelukis besar, hingga raja kerajaan Belanda saat itu (Willem II) menganugrahkan Bintang Eikenkoon dan mengangkat Raden Saleh sebagai pelukis kerajaan.
Pada sekitar tahun 1852 Raden Saleh kembali pulang ke Hindia Belanda setelah 25 tahun menetap di eropa. Sekembalinya dari Eropa beliau bekerja sebagai Konservator lukisan pemerintahan kolonial, yang pada saat itu mengerjakan lukisan keluarga kerajaan Jawa, dilain sisi Raden Saleh juga tetap melukis pemandangan. Dalam hidupnya raden saleh telah membuat kurang lebih 10 karya fenomenal.
Aliran Romantisisme
"Kapal Dilanda Badai" Karya Raden Saleh |
Raden Saleh dikenal dengan pelukis yang ber-aliran Romantisisme. Kebanyakan orang awam menafsirkan Romantisisme selalu berkaitan dengan cinta asmara, hal tersebut tentu kurang tepat, jika kita melihat kebelakang dari sejarah, pemakaian kata Romantisisme pertama kali muncul pada tahun 1770 an, terdapat dalam buku “Romantische Poesie”karangan dari August dan Friedrich. Aliran Romantisisme menitik beratkan pada emosi ditambahkan dengan citra dramatis dalam pembuatan karya seni. Tentu sangat kurang tepat jika menafsirkan Romantisme hanya sekedar sebatas percintaan saja. Ciri dari karya seni ( Lukisan) yang beraliran Romantisme, dapat dilihat dari pemainan warna yang begitu meriah, latar suasana yang dramatis dan biasnya terdapat figur pria yang gagah, ataupun perempuan yang lembut. Ketika orang melihatnya akan merasakan emosi dan rasa yang seolah olah di transferkan dari lukisan tersebut ( Dari Pengalaman Pribadi hehe). Untuk pembahasan aliran ini mungkin akan saya bahas di tulisan kedepan :D
Penangkapan Pangeran Diponegoro
"Penangkapan Pangeran Diponegoro" Karya Raden Saleh |
Salah satu dari beberapa karya fenomenal Raden Saleh adalah lukisan yang diberi judul “Penangkapan Pangeran Diponegoro”. Karya ikonik yang menceritakan penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Letnan Jenderal Hendrik Merkus de Kock ini sangat melekat dengan nama Raden Saleh. Lukisan yang kini telah ditetapkan menjadi cagar budaya tersebut, sebenarnya merupakan suatu balasan dan bentuk perlawanan terhadap lukisan yang diberinama “De onderwerping van Diepo Negoro aan luitenant-generaal baron De Kock” (Penyerahan Pangeran Diponegoro kepada Jenderal De Kock) karya dari pelukis Belanda yang bernama Nicolaas Pieneman, yang juga menggambarkan kisah yang sama
Kembali ke sejarah yang dijadikan latar dari 2 lukisan tersebut adalah tidak lepas dari deklarasi perang suci melawan penjanjah yang dikenal juga dengan perang Diponegoro yang dipelopori oleh Diponegoro, seorang bangsawan Kesultanan Ngayogyakartahadiningrat yang merupakan anak tertua dari Sulatan Hamengkubuwono III. Perang tersebut telah membuat pihak kolonial sangat kewalahan dan merupakan acaman yang serius untuk daerah jajahannya. Pihak kolonial pun melayani dengan sejuta taktik dan perang, pada puncaknya ditahun 1827 Belanda mengerahkan 23.000 serdadu.
Pada Maret 1830 terjadi pertemuan antara Pangeran Diponegoro dengan Jendral De Kock di Magelang, sebelum pertemuan tersebut menuru catatan sejarah, De Kock telah menemui pangeran Diponegoro sebanyak 3 kali, dan De Kock beranggapan bahwa Pangeran Diponegoro telah kalah secara de facto. Namun Pangeran Diponegoro tetap bersikeras untuk mendapatkan pengakuan sebagai Sultan Jawa. Dalam pertemuanya dengan De Kock di magelang akhirnya Pangeran Diponegoro ditangkap. Peristiwa inilah yang menjadi latar dari 2 karya seni lukis tersebut
Pieneman melukis lukisan tersebut di Belanda atas perintah keluarga De Kock, beberapa sejarahwan berpendapat bahwa Jendral De Kock Sendiri yang mengutus Pieneman. Dalam realitanya Pieneman tidak pernah sama sekali menginjakan kaki di tanah Jawa, dalam pembuatan lukisannya mengandalkan sketsa dan potret dari ajudan dan menantu Jendral De Kock. Lukisan tersebut mendapat balasan dari Raden Saleh, dengan melukis ulang sesuai versinya sendiri.
Perlawanan Melalui Karya Seni
|
"De onderwerping van Diepo Negoro aan luitenant-generaal baron De Kock" Karya Nicolaas Pieneman |
Pieneman dalam lukisannya menggambarkan Pangeran Diponegoro dengan kondisi pasrah, seolah olah menerima kekalahaan, padahal dalam realitasnya Diponegoro tetap bersikeras dan memiliki sikap perjuangan yang luar biasa. Selain itu Pieneman juga memposisikan Jendral De Kock lebih tinggi , yang seolah – olah mempresentasikan bahwa dia telah berhasil mengalahkan Pangeran Diponegoro dengan taktiknya, pemosisian ini juga dapat diartikan bahwa Pihak Kolonial lebih tinggi derajatnya dibanding dengan Pihak Bumi Putera. Terlihat juga Pieneman menggambarkan pengikut Diponegoro berlutut meminta belas kasihan dan diikuti pasarah-nya pengikut yang lain, seolah-olah riwayat mereka telah berakhir di tangan De Kock. Penamaan “Penyerahan” saya rasa juga termasuk bentuk perendahan untuk menyerah begitu saja, menyerah tanpa perlawanan, padahal beliau penggerak perang, yang tak kenal dengan kata menyerah.
Hal tersebut yang mungkin saja memicu Raden Saleh untuk membuat balasan atas karya lukis Pieneman. Dalam versi karya Raden Saleh, tentu terdapat perbedaan, yang paling mencolok terlihat pada sikap Pangeran Diponegoro yang digambarkan Gagah dan Tegap, penuh dengan perlawanan, seolah-olah tidak pasrah begitu saja.
Beberapa Detail Makna Dari Karya Raden Saleh |
Selain itu figur Belanda dalam versi Raden Saleh, digambarkan dengan Kepala Besar, yang tentu hal tersebut bentuk satire dari sikap Belanda yang Sombong. Pemosisian yang sejajar antara Pihak Belanda dan Pangeran Diponegoro, juga mengartikan bahwa, tidak serendah itu Pangeran Diponegoro saat penangkapan tersebut. Pemilihan penamaan “ Penangkapan” berbeda dengan “ Penyerahan”, menggambarkan bahwa Diponegoro tidak pasrah begitu saja saat kejadian tersebut
Figur Raden Saleh |
Jika kalian jeli mengamati pada bagian pengikut Diponegoro, terdapat 3 figur Raden Saleh yang juga mewakilkan 3 tahanpan, melihat, berpikir, dan merenungi.
Belajar dari Raden Saleh semakin mewakilkan bahwa perjuangan tidaklah harus dengan mengangkat senjata, melakukan perjuangan dengan bidang yang digeluti demi mempertahankan tanah pertiwi. Seperti halnya sekarang ini Bela Negara dengan media sesuai kecakapan dan kemampuan masing individu.
Catatan: Haloo teman jika ingin mempergunakan opini/artikel yang berada di blog ini, Tolong di kasih link Sumbernya ya.. :} Follow : @dimardnugroho;
Sangat Bermanfaat