Perjanjian Giyanti : Penanda Terpecahnya Mataram Islam
sumber gambar : google image |
Sepeninggalan Mataram islam di masa kini mungkin kita bisa melihat terdapat 4 monarki di daerah yang dulunya dikenal dengan nama Vorstenlanden (Tanah Para Raja) yang terletak di pesisir selatan pulau jawa. Terbesit pertanyaan yang melintas dalam pikiran sebagai manusia normal, apa yang terjadi di masa lampau, hingga menghasilkan kenyataan yang dapat dilihat dimasakini. Tentunya untuk menjawab hal tersebut kita harus menggunakan mesin waktu. Berhubung kita tidaklah hidup didunia fantasi ataupun dunia film fiksi ilmiah, yang dimana dapat berkeliling lintas masa dan dimensi hanya menggunakan kapsul waktu ( mesin waktu), di dunia kita sarana yang dapat dipakai adalah dengan cara membaca dan menggali sejarah.
Berbicara tentang sejarah mataram islam tentunya akan sangat panjang. Dari mulai jauh sebelum menjadi kerajaan yang dimana masih berupa hutan dan puing – puing peninggalan mataram kuno ( Mataram Hindu). Pada abat ke 16-M tempat itu mulai dibabat lagi dan masuk dalam wilayah kerajaan pajang ,oleh seorang panglima yang bernama Ki Ageng Pamenahan yang kelak putranya yang bernama Danag Sutawijaya atau kerap dijuluki Panembahan Senapati menjadi raja pertama Wangsa Mataram.
Sekilas tentang awal berdiri kerajaan matarm islam dimulai Ketika Sultan Hadiwijaya yaitu raja dari kerajaan Pajang. Dalam usahanya untuk menegakkan kekuasaan Pajang, Arya Panangsang yang merupakan putra Sinuwunn Sekar Seda Lepen yang tak rela tahta Demak diambil Sultan Hadiwijaya. Sultan Hadiwijayapun merasa tidak mudah untuk mengalahkannya, dan Sultan Hadiwijaya tetap membuat strategi yaitu dengan mengadakan sayembara, siapa saja yang dapat mengalahkan Penangsang tersebut akan mendapatkan hadiah,tanah Pati dan Mataram. Dalam sayembara tersebut akhirnya Panangsang dapat dikalahkan oleh Danang Sutawijaya, putra Pemanahan. Karena kesuksesan ini merupakan strategi Pemanahan dan Penjawi, maka Sultan Hadiwijaya menganggap kemenangan Danang Sutawijaya tersebut adalah juga kemenangan Pemanahan dan Penjawi. Maka Sultan memberikan tanah tersebut kepada mereka berdua. Penjawi mendapatkan tanah Pati, sebuah kadipaten di pesisir utara yang telah maju. Sedangkan Pemanahan mendapatkan tanah Mataram yang masih berupa Mentaok, wilayah tersebut saat ini berada tepatnya di sekitar Kota Gede.
Lambat laun siring berjalannya waktu , yang tadinya mataram dibawah kekuasaan kerajaan pajang kini telah menjadi negara sendiri. Semenjak Ki Ageng Pemanaahan wafaat putranya Danang Sutawijaya menggantikan posisinya. Dimasa Sutawijaya inilah terjadi pemisahan diri dari kekuasaan pajang. Pada tahun 1586 kerajaan mataram islam resmi berdiri, setelah terjadi banyak perselisihan antar bangsawan. Danang Sutawijaya pun mengangkatkan diri sebagai seorang raja yang bergelar Panembahan Senopati, yang menempatkan ibu kota kerjaan di kota gede. Sebagai founding father kerajaan Mataram, Ia sadar betul bagaimana mengelola konflik intern maupun menghegemoni wilayah lain. Langkah politik kedalam, misalnya harus menyingkirkan Ki Ageng Mangir tokoh lokal yang selama ini menjadi batu sandungan bagi kekuasaan Senopati. Adapun langkah politik keluar, Senopati metaram kemudian melakukan politik ekpansionis kewilayahan
Disaat mataram berada dalam kepemimpinan Sultan Agung yang dimana beliau adalah cucu dari Panembahan Senapati, mataram sedang mencapai puncak keemasaan, tentu hal tersebut dikarenakan kepribadian Sultan Agung yang sangat kharismatik dan bijaksana. Beliau meneruskan ekspansi politik yang sebagaimana telah dilakukan oleh kakeknya dahulu. Sultan agung memiliki keinginan untuk menaklukan seluruh pualau jawa agar dibwah mataram, dan mengusir VOC (Kompeni) dari batavia. Untuk mewujudkan keinginan dan tujuanya, pada tahun 1614 M Mataram ini menyerang Surabaya bagian selatan; Ujung Timur Pulau Jawa, Malang, dan Pasuruan. Beliau juga dapat menduduki Wirasaba pada tahun 1615 M. Penaklukan Wirasaba ini dirasa sangat penting, hal itu dikarenakan merupakan pintu masuk ke Surabaya. Kemudian pada tahun 1616 M, ia melalui pantai Utara dan dapat menaklukkan Lasem dan terus ke Timur sampai Pasuruan. Bahkan pada tahun 1620 M pasukan Mataram dengan melalui laut mengancam Surabaya dan setelah itu Madura ditaklukkan dan disatukan dalam satu pemerintahan dibawah keturunan kepangeranan Madura dengan ibukota Sampang.
Keinginannya untuk mengusir kopeni dari Batavia sangatlah kuat, bahkan hingga 2 kali mataram menyerang Batavia. Serangan pertama dilakukan pada tahun 1628 dibawah pipimnan Tumenggung Bahurekso dan Pangeran Mandurareja, diperkirakan saat itu membawa pasukan kurang lebi sebanyak 10.000 prajurit. Pertempuran pun terjadi tepatnya di benteng Hollandia, namun pada pertempuran pertama ini pasukan mengalami kekalahan, dikarekan kurangnya perbekalan dan perseiapan. Sebagai raja yang sangat tegal, Sultan Agung memberikan ketegasan kepada pemimpin penyerangan saat itu , yaitu Tumenggung Bahurekso dan Pangeran Mandureja, dengan cara mengirimkan mereka ke algojo dan mengeksekusi keduanya.
Seolah tak ada gentar pada tahun 1629 Sultan Agung kembali menyerang Batavia untuk kedua kalinya, kali ini dengan persiapan yang lebih matang dari sebelumnya. Membawa sekitar 14.000 pasukan siap perang dibawah pipmpinan Adipati Ukur, selain itu juga telah mengantisipasi dengan mendirikan lumbung – lumbung di sekitar kerrawang dan Cirebon. Persiapan yang lain juga telah dilakukan dengan cara membendung dan mengotori sungai ciliwung. Namun pada pertempuran yang kedua ini masih mengalami kegagalan, dikarekan belanda membakar lumbung – lumbung yang telah dibangun , sehingga pasukanpun kekurangan logistic. Namun disisi lain usaha membendung dan mengotori sungai ciliwung mengakibatkan timbulnya wabah korela yang telah merenggut nyawa Gubernur Jendral VOC pada saat itu, yaitu J.P Coen, setidaknya usaha yang kedua ini berbuah hasl sedikit.
Waktu terus berjalan mataram pun telah mengalangi pergantian pemimpin, berbagai konflik telah terjadi, akan kan mataram bertahan secara utuh. Masa keemasasan telah terlewati, seusai topik artikel pada kali ini yang membahas tentang perpecahan mataram, yang dimasa kini telah terpecah menjadi 4 kerajaan di wilayah Vorstenlanden
politik adu domba |
Pada kepemimpinan Amangkurat I mulai tercium bau bau perpecahan yang kelak akan terjadi pada mataram. Dimulai dengan Amangkurat I mengucilkan orang-orang yang kuat dan daerah-daerah yang penting, yang akhirnya menyebabkan berkobarnya suatu pemberontakan yang terbesar selama abad 17. Hal ini mengakibatkan tumbangnya wangsa tersebut dan campurtangan VOC. Pemberontakan tersebut dipimpin oleh Pangeran Trunojoyo dari madura, yang memang sejak dahulu menyimpan dendam. Dengan dibantu oleh belanda trunojoyo melancarkan pembrontakannya yang mengakibatkan kraton Plered hancurr dan Amangkurat 1 pun melarikan diri hingga akhirnya wafat di pengungsian pada tanggal 13 Juli 1677, dan dikebumikan oleh putranya di TegalWangi. Selain itu amangkurat 1 telah mengambil jalur damai dengan kaum VOC, yang tentu hal tersebut sangatlah bertolak belakang dengan ayahnya ( Sultan Agung) yang dengan keras menentang dan mengusir VOC dari tanah jawa.
Sepeninggalan Amangkurat 1 pemerintahan dilanjutkan oleh anaknya yaitu Susuhunan Amangkurat II yang dimana dalam pengangkatan dirinya sebagai raja jawa telah dibantu oleh VOC. Pada pasca pemerintahan Amangkurat II inilah mulai terjadi perselisihan, Pengganti Amangkurat II berturut-turut adalah Amangkurat III (tahun 1703-1708),Pakubuwana I (tahun 1704-1719), Amangkurat IV (tahun 1719-1726), Pakubuwana II (tahun1726-1749). VOC tidak menyukai Amangkurat III karena ia tidak patuh(tunduk) kepada VOC sehingga VOC menobatkan Pakubuwana I sebagai raja. Akibatnya Mataram memiliki dua orang raja dan hal tersebut menyebabkan perpecahan internal di Kerajaan. Amangkurat III kemudian memberontak dan menjadi ia sebagai "king in exile" hingga akhirnya tertangkap di Batavia dan dibuang ke Ceylon
Ketika Pakubuwana II menempati posisi raja ia memindahkan ibukota dari Kartasura ke Surakarta, pasca pemberontakan Geger Pecinan. Pada kepemimpinannya terjadi permberontakan besar yang diprakarsai oleh Raden Mas Said dan Pangeran Singasari, yang taklain merupakan cucu dari raja – raja sebelumnya , dan tentunya dalam hal ini campur tangan VOC masih terjadi. Surakarta pun menjaadi tidak aman, ditambah lagi saat Pangeran Mangkubumu ikut turut serta dalam pemberontakan. Pangeran mangkubumi turut serta dalam pemberontakan dikarenakan merasa dikhianati tentang masalah tanah pesisir yang telah dijanjikan oleh PB II sewaktu ia membantu mengatasi Geger Pecinan. Ditengah tengah pemberontakan tersebut pakubuwana II wafaat, dan tahta dilanjutkan oleh putra mahkota.
Pemberontakan semakin menjadi jadi dimasa kepemimpinan PB III, dari tahun 1750 – 1754 mataram telah mengalami banyak kerugian. PB III kehilangan banyak pengikut, pada waktu tersebut voc mulai mengatur siasat, Pada 22-23 September 1754 VOC mengadakan perundingan dengan mengudang Pakubuwana III dan Pangeran Mangkubumi untuk membahas pembagian wilayah kekuasaan Mataram, gelar yang akan digunakan, kerja sama VOC dengan kesultanan. Perundingan ini akhirnya mencapai kesepakatan dengan ditandatanganinya Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755 yang membagi kerajaan Mataram Islam menjadi dua bagian yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta. Setelah Perjanjian Giyanti ditandatangani, maka Pangeran Mangkubumi pun mendapat setengah wilayah Mataram Islam yang kemudian memunculkan kerajaan baru bernama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pangeran Mangkubumi lalu mendeklarasikan sebagai raja dengan gelar Sri Sultan Hamengkubuwana I. dengan demikian, maka Riwayat Kerajaan Mataram Islam telah berakhir baik secara de facto maupun de jure.
lokasi perundingan giyanti |
Pasca perjanjian tersebut belum mengakhiri kerusuhan yang terjadi, Raden Mas Said yang tidak diikutkan dalam perjanjian tersebut kembali memberontak. Hingga singkat pada akhirnya terbentuk wilayah mangkunegaran
Referensi
https://kebudayaan.jogjakota.go.id/page/index/perjanjian-giyanti
markijar.com
Bernard H.M.Vlekke,
Nusantara Sejarah Indonesia
Buku Pengantar Sejarah Indonesia Baru : 1500 – 1900 ( Sartono Kartodirdjo)
Catatan: Haloo teman jika ingin mempergunakan opini/artikel yang berada di blog ini, Tolong di kasih link Sumbernya ya.. :} Follow : @dimardnugroho;